Halaman

Minggu, 25 Maret 2012

Awal yang baru


Rindra merasakan sebuah lengan mengalungi lehernya dan menariknya menjauh dari Nami, kemudian ia merasa tubuhnya dibalikkan dan …
Brug!!!
Rindra tersungkur mencium lantai, darah segar mengalir disudut bibir kirinya. Rindra menghapus darahnya dengan punggung tangan, matanya menatap marah Jo yang berdiri menjulang dihadapannya. Yang balik menatapnya dengan tatapan yang sama, bahkan terlihat lebih menyeramkan. Tatapan yang diberikan cowok itu  membuat nyali Rindra menciut, enggan untuk melakukan perlawanan.
“Jo,” suara itu mengalihkan Jo. Cowok itu beranjak mendekati Nami. Melihat pakaian Nami yang berantakan dan sobek, amarahnya semakin mendidih. Ia berbalik menatap Rindra, ingin benar rasanya ia menguliti si brengsek itu. Tapi itu bisa menunggu yang terpenting sekarang adalah membawa Nami pergi. Jo melepas jaketnya dan memakaikannya pada Nami. Lalu meraih tangan gadis itu dan langsung menariknya keluar.
Jo berjalan dengan cepat sambil terus menarik Nami ingin segera membawa Nami pergi dari tempat itu. mengamankan gadis itu. Nami terseok-seok dibelakangnya, mengimbangi langkah Jo yang lebar dan cepat.
“Jo, bisakah kau pelan sedikit?” Pinta Nami, kakinya sudah mulai tak sanggup mengimbangi langkah-langkah cowok didepannya. Tapi permintaannya sama sekali tak dipedulikan Jo, cowok itu sama sekali tak mengurangi kecepatan langkahnya.
Prakk
“Aw,,, Aduh!” Nami terduduk. Langkah Jo otomatis terhenti dan ia langsung berbalik kearah Nami.
“Kenapa?” Jo berjongkok disamping Nami.
“Kakiku,,,” Nami menoleh kearah kakinya, matanya mengerjap beberapa kali untuk memperjelas pandangannya tapi percuma air mata membuat pandangannya kabur.
 “Hak sepatumu patah,” ujar Jo seraya meraih kaki Nami dan melepaskan sepatunya. “Dan sepertinya kakimu terkilir,” tambahnya sambil memijat lembut kaki Nami.
“Sakit,,,” ujar Nami lirih sementara air matanya mulai berjatuhan. Jo merengkuh Nami kedalam pelukannya. Tanpa suara, tanpa penghiburan  hanya membiarkan gadis itu menangis dalam pelukannya.
###
“Makasih,” ucap Nami lirih. Nami melepaskan diri dari pelukan Jo. Ia menunduk memandangi kakinya.
“Baikan?” Tanya Jo lembut.
“Sedikit,” jawabnya. Nami mendongak niatnya ingin menunjukkan senyuman sebagai pertanda ia baik-baik saja. Tapi, niatnya terlupakan. Mata itu, lagi-lagi mata itu menghipnotisnya. Tapi ada yang berbeda, mata itu tak seperti biasanya yang selalu terlihat dingin dan tak peduli. Mata itu kini menatapnya lembut, penuh perhatian, kasih sayang.
Deg!
Nami membuang pandangannya, memutus kontak itu. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Kenapa?Aku,,, apa aku? Batinnya. Nami mengeleng cepat, berusaha menjernihkan pikirannya.
“Kau baik-baik saja?” Terdengar kekhawatiran dalam suara Jo. Nami mengangguk cepat. “Aku mau pulang,” ujarnya.
“Baik,” Jo meraih Nami dan menggendong gadis itu.
“Ap,,, apa-apaan kau ini?!” Nami meronta. “Aku bisa jalan sendiri!”
“Tanpa sepatu?” Jo menaikan alisnya. “Dan jangan lupa kaki yang terkilir juga,” tambah cowok itu.  
Nami diam, matanya memandangi kakinya yang keseleo. Senyum kecil terukir diwajahnya. Eh, kok aku malah senang? Aku baru saja hampir diperkosa, kakiku keseleo dan aku merasa senang? Aku benar-benar aneh!

“Sepertinya bukan hanya kakimu yang bermasalah,” Nami mendongak memandang Jo. Jo tersenyum licik, “ternyata otakmu juga bermasalah.”
“Jahat!!!!!” Nami meninju bahu Jo. Yang ditinju malah tertawa ngakak. “Kau menyebalkan!” Nami membuang muka dan menggembungkan pipinya. Kebiasaannya kalau dia sedang kesal. 

Sabtu, 03 Maret 2012

Ketika Cinta

Cinta,,,,,
Aku tak mengerti arti cinta
Belum,,,,
Karna tak seorangpun memberitahuku arti cinta itu
Kata mereka,,,
Aku harus mencarinya sendiri karena cinta bermakna berbeda pada tiap orang

Cinta,,,
Sampai hari ini aku masih mencari artinya
Mencari makna dari lima huruf yang terangkai menjadi sebuah kata itu
Tapi entah mengapa tak kutemui juga

Cinta,,,
Apakah tak memiliki arti
Tak memiliki makna
Hingga aku urung mendapat arti dan maknanya

Jikalah cinta,,,
Hanyalah sebuah kata tanpa arti, tanpa makna
Lalu mengapa mereka selalu mengelu-elukannya
Atas nama cinta, kata mereka
Demi Cinta, ujar mereka
Cinta buta! Seru mereka
Cinta gila!!! Teriak mereka
Cinta sejati desah mereka

Cinta,,, cinta,,, cinta,,,

Lalu untuk apa puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan lagu cinta itu
Rangkaian-rangkaian kata yang dicipta pujangga untuk menggambarkan cinta
Paragraf-paragraf yang ditulis menjadi kisah oleh sang penulis
Ketika cinta itu suatu tanpa arti
Ketika cinta itu hanya kosong tanpa makna
Ketika cinta itu,,,,

for my dear friend

Hari ini ada yang berbeda darimu
Lakumu tak seperti biasa
Sekilas kau nampak biasa, kau bicara, kau tertawa, kau bercanda
Tapi, ini tak seperti kau

Matamu, 
Mata itu tak memperlihatkan binar 
Ronamu,
Rona itu tak kulihat hari ini
Cahayamu,
Cahaya itu redup tak terpancar

Ada yang salah, tapi kau tak berkata
Kudiam, tak mau bertanya
Karna mungkin kau belum mau berkata apa yang sebenarnya terjadi padamu
Tapi kau tahu aku ada disini, untukmu