Halaman

Selasa, 12 Juni 2012

I'm Gone


I’m Gone
By Jay Sean

I don’t want to have to see you happy,
I ca’t ever bare to see you smile,
Now a days I can’t look in your eyes,
Well, I can but it takes a while,
Does it show?
Told a lot of white lies to hide it all,
But they’re beginning to break me down,
But I promise it’s over now,

I’m gone
I don’t blame you at all,
‘cause after all the of the things that you did for me,
Got beaten by temptation,
I’m gone
Girl, you’re better off alone,
I don’t want you to see, the truth in me,
I’m gone,,, I’m gone,,,
Ohhhh,,,,,

I tried my best to keep it all together,
Tryna take it back to where we are,
Never been too good at keeping secrets,
I’ll give you reasons but for what it’s worth,
Lemme go,
What the hell would make you look at me the same?
Used to say “we’re unbreakeable”
But  I just went and change it all

See, if I told you?
Could you live with that?
If I told you?
Could you live with that?
If I told you,
I couldn’t live with that! I Couldn’t live with that!
Noo,,,,
I’d rather give you no excuses at all

I’m gone
I don’t blame you at all,
‘cause after all the of the things that you did for me,
Got beaten by temptation,
I’m gone
Girl, you’re better off alone,
I don’t want you to see, the truth in me,
I’m gone,,, I’m gone,,,
Ohhhh,,,,,
You gave everything and honestly it’s every fault of mine
To beg you for forgiveness just seems wrong
See, leaving you is one thing
But you’re got realize :
Somethings are best unspoken
So please don’t ask me why
Oh, you don’t want to know
Oh, woah,,,

I’m gone
I don’t blame you at all,
‘cause after all the of the things that you did for me,
Got beaten by temptation,
I’m gone
Girl, you’re better off alone,
I don’t want you to see, the truth in me,
I’m gone,,, I’m gone,,,
Ohhhh,,,,,


Terjemahanku :


Aku Pergi

Aku tidak ingin melihatmu bahagia
Aku bahkan tak sanggup melihatmu tersenyum
Sekarang aku tak bisa menatap matamu,
Dan…
Yah, aku bisa tapi itu butuh waktu,
Bukankah itu terlihat?
Menceritakan banyak kebohongan putih untuk menyembunyikan semuanya.
Tapi kebohongan-kebohongan itu mulai menghancurkanku,
Tapi aku janji itu sudah berakhir sekarang.

Aku pergi
Ku tak menyalahkanmu sama sekali
Karena semua yang telah kau lakukan untukku
Terhapus pergi oleh godaan
Sayang, kau lebih baik sendiri
Aku tak ingin kau melihat kebenaran dalam diriku
Aku pergi,,, aku pergi,,,
Ohhh,,,,

Aku mencoba yang terbaik untuk menjaga semuanya,
Mencoba membawany kembali seperti semula,
Tak terlalu pandai menyimpan rahasia,
Aku bisa memberi alasan tapi apa itu berguna,
Biarkan aku pergi,
Apa yang bisa membuatmu melihatku sama seperti dulu?
Untuk bisa mengatakan “Kita tak terpisahkan”
Tapi aku hanya pergi dan merubah semuanya

Lihat, jika ku katakan?
Bisakah kau hidup dengan itu?
Jika ku katakan?
Bisakah kau hidup dengan itu?
Jika ku katakan,
Aku tidak bisa hidup dengan itu! Aku tidak bisa hidup dengan itu!
tidak,
Saya lebih suka tidak memberikan alasan sama sekali.

Aku pergi
Ku tak menyalahkanmu sama sekali
Karena semua yang telah kau lakukan untukku
Terhapus pergi oleh godaan
Sayang, kau lebih baik sendiri
Aku tak ingin kau melihat kebenaran dalam diriku
Aku pergi,,, aku pergi,,,
Ohhh,,,,

Kau telah memberikan segalanya dan jujur ​​itu semuanya kesalahan saya,
Sepertinya salah untuk meminta pengampunanmu,
Lihat, meninggalkanmu adalah satu-satunya cara
Tapi kau harus menyadari:
Beberapa hal sebaiknya tak terucapkan
Jadi jangan tanya kenapa,
Oh, Anda tidak ingin tahu
Oh, woah

Aku pergi
Ku tak menyalahkanmu sama sekali
Karena semua yang telah kau lakukan untukku
Terhapus pergi oleh godaan
Sayang, kau lebih baik sendiri
Aku tak ingin kau melihat kebenaran dalam diriku
Itulah mengapa aku pergi,,,
Aku pergi,
Aku pergi,
Selamat tinggal,
Aku pergi




Minggu, 08 April 2012

[Holiday Writing Challenge] Pindahkan Genrenya!


Flavor of Love
a novel by Al Dhimas
Halaman 248-249

Ini yang aslinya :
Aro mendesis, “Ini benar-benar konyol….”
“Nggak ada bedanya sama yang kamu buat ke Ben, kan?!”
Aro menatapku saat menyebut nama Ben.
“Kamu masih nggak berubah ya, Ro. Rasanya udah ratusan kali aku bilang kalo kamu nggak perlu cemburu sama Ben atau semua laki-laki yang dekat dengan aku,” cetusku.
“Itu gara-gara kamu nggak pernah tahu kalo aku bener-bener sayang sama kamu!” Ia membela diri.
“Gimana aku tahu kalo kamu nggak pernah bilang sama aku?”
“…”                    
“…”
“Aku… aku… aku….”
Aku tersenyum melihat Aro terbata-bata seperti ini. Semua amarah dan kecewa tiba-tiba lenyap dan menguap tak bersisa. Aku menari tangannya dan membawanya duduk bersamaku di sofa.
“Kenapa aku nggak bisa marah lama-lama sama kamu ya, Ro?” Kata-kataku lebih terdengar seperti pernyataan daripada pertanyaan.
“Nggak tahulah. Aku juga merasa kayak gitu sama kamu.”
Tahu-tahu Aro sudah membelai rambutku.
“Tara mungkin cantik, tapi kamu… istimewa,” ujarnya terdengar sungguh-sungguh.
“Gombal kamu ….”Aku tersenyum malu-malu sambil mendorongnya pelan.
Desiran itu kembali hadir saat jari-jemari Aro menyentuh jari tanganku. Kali ini tidak meletup-letup seperti dulu tapi hangat.
“Kamu tahu …. Setiap melihat kamu rasanya aku seperti menemukan kepingan yang hilang dalam hidupku,” ujarnya lembut, “you complete me,” tambahnya.
It’s not Jerry McGuire. Aro yang mengucapkan kata-kata itu padaku. Sesaat aku seperti kehilangan kemampuan untuk bicara. Rasanya aku tidak yakin dengan apa yang kudengar barusan.
“Udahlah, Ro ….”
“Beneran, Pru.”
Kata-kata itu terdengar seperti alunan melodi indah yang dimainkan orchestra paling sohor di jagad ini, di telingaku. Ada hangat yang mengalir saat aku menyandarkan tubuhku di dada Aro.


Ku ubah genrenya menjadi :
Aro mendesis, “Ini benar-benar konyol…. .”Aro mencoba melepaskan ikatan yang menguncinya di kursi .
“Nggak ada bedanya sama yang kamu buat ke Ben, kan?” Aku berbisik ditelinganya.
Aro menatapku saat menyebut nama Ben. Mungkin dia terkejut karena aku tahu tentang apa yang dilakukannya pada Ben.
“Kamu masih nggak berubah ya, Ro. Rasanya udah ratusan kali aku bilang kalo kamu nggak perlu cemburu sama Ben atau semua laki-laki yang dekat dengan aku,” ucapku sambil melangkah menuju kursi yang sengaja kuletakkan didepan Aro dan mendudukinya.
“Itu gara-gara kamu nggak pernah tahu kalo aku bener-bener sayang sama kamu!!!” Teriak Aro.
Braaakkk!!!
Aku menggebrak meja kayu yang berada diantara kami, menjatuhkan beberapa benda yang tadinya berada dipinggiran meja. “Gimana aku tahu kalo kamu nggak pernah bilang sama aku?!” Suaraku tak kalah nyaring dari Aro. Semua ini membuatku muak. Apa yang Aro lakukan pada Ben dan semua laki-laki yang dekat denganku sungguh membuatku marah, membuatku benci padanya. Tapi ….
“…”                    
“…”
“Aku… aku… aku….” Aro terbata. Tak seperti Aro yang biasanya percaya diri sekarang ia terlihat rapuh dan takut. Ya, ia takut. Apa yang ia takutkan? Takut aku membencinya karena apa yang diperbuatnya dan kehilanganku karenanya?
Aku menyandarkan diri dikursi, memejamkan mata mencoba menenangkan diri. Aro melakukan semuanya karena aku, karena ia menyayangiku. Tapi tetap saja yang ia perbuat salah, bukan begitu caranya menyayangi seseorang, Ro. Bukan begitu!
 Aku menghela nafas dan membuka mataku perlahan. Didepanku masih ada Aro yang masih terikat dikursi. Menunggu dalam diam.
“Kenapa aku nggak bisa marah lama-lama sama kamu ya, Ro?” ucapku pelan tapi aku yakin Aro masih dapat mendengarnya.
“Nggak tahulah. Aku juga merasa kayak gitu sama kamu.” Sahutnya enteng.
 “Tara mungkin cantik, tapi kamu… istimewa,” Aro terdengar bersungguh-sungguh.
Aku menatapnya. “Gombal kamu ….”
Kalau Aro mengatakannya kemarin sebelum aku tahu tentang Ben dan semua yang dilakukannya aku pasti sangat bahagia mendengar kata-kata itu. Tapi mendengarnya sekarang, entah apa yang kurasakan ….
 “Kamu tahu …. Setiap melihat kamu rasanya aku seperti menemukan kepingan yang hilang dalam hidupku,” Aro menatapku. Matanya terlihat sedih, “you complete me,” ucapnya.
 “Udahlah, Ro ….”
“Beneran, Pru.”
Kami hanya terdiam. Lama. Sampai suara sirine polisi menyentakkanku pada kenyataan. Aro menatapku, tatapannya sulit kuartikan. Sedihkah kamu Aro? Marahkah? Ataukah benci sekarang padaku?
Tapi kemudian ia tersenyum. Senyum yang selama ini selalu dia berikan padaku dan hanya untukku.
Aku berjalan menghampirinya, dan mulai melepas ikatannya. Aro diam tapi matanya mengikuti setiap gerakannku. Aku meraih tangan Aro dan menggenggamnya erat. Diam-diam aku mengucapkan sumpah dalam hati.
Aku akan menunggumu, pasti menunggumu.

Minggu, 25 Maret 2012

Awal yang baru


Rindra merasakan sebuah lengan mengalungi lehernya dan menariknya menjauh dari Nami, kemudian ia merasa tubuhnya dibalikkan dan …
Brug!!!
Rindra tersungkur mencium lantai, darah segar mengalir disudut bibir kirinya. Rindra menghapus darahnya dengan punggung tangan, matanya menatap marah Jo yang berdiri menjulang dihadapannya. Yang balik menatapnya dengan tatapan yang sama, bahkan terlihat lebih menyeramkan. Tatapan yang diberikan cowok itu  membuat nyali Rindra menciut, enggan untuk melakukan perlawanan.
“Jo,” suara itu mengalihkan Jo. Cowok itu beranjak mendekati Nami. Melihat pakaian Nami yang berantakan dan sobek, amarahnya semakin mendidih. Ia berbalik menatap Rindra, ingin benar rasanya ia menguliti si brengsek itu. Tapi itu bisa menunggu yang terpenting sekarang adalah membawa Nami pergi. Jo melepas jaketnya dan memakaikannya pada Nami. Lalu meraih tangan gadis itu dan langsung menariknya keluar.
Jo berjalan dengan cepat sambil terus menarik Nami ingin segera membawa Nami pergi dari tempat itu. mengamankan gadis itu. Nami terseok-seok dibelakangnya, mengimbangi langkah Jo yang lebar dan cepat.
“Jo, bisakah kau pelan sedikit?” Pinta Nami, kakinya sudah mulai tak sanggup mengimbangi langkah-langkah cowok didepannya. Tapi permintaannya sama sekali tak dipedulikan Jo, cowok itu sama sekali tak mengurangi kecepatan langkahnya.
Prakk
“Aw,,, Aduh!” Nami terduduk. Langkah Jo otomatis terhenti dan ia langsung berbalik kearah Nami.
“Kenapa?” Jo berjongkok disamping Nami.
“Kakiku,,,” Nami menoleh kearah kakinya, matanya mengerjap beberapa kali untuk memperjelas pandangannya tapi percuma air mata membuat pandangannya kabur.
 “Hak sepatumu patah,” ujar Jo seraya meraih kaki Nami dan melepaskan sepatunya. “Dan sepertinya kakimu terkilir,” tambahnya sambil memijat lembut kaki Nami.
“Sakit,,,” ujar Nami lirih sementara air matanya mulai berjatuhan. Jo merengkuh Nami kedalam pelukannya. Tanpa suara, tanpa penghiburan  hanya membiarkan gadis itu menangis dalam pelukannya.
###
“Makasih,” ucap Nami lirih. Nami melepaskan diri dari pelukan Jo. Ia menunduk memandangi kakinya.
“Baikan?” Tanya Jo lembut.
“Sedikit,” jawabnya. Nami mendongak niatnya ingin menunjukkan senyuman sebagai pertanda ia baik-baik saja. Tapi, niatnya terlupakan. Mata itu, lagi-lagi mata itu menghipnotisnya. Tapi ada yang berbeda, mata itu tak seperti biasanya yang selalu terlihat dingin dan tak peduli. Mata itu kini menatapnya lembut, penuh perhatian, kasih sayang.
Deg!
Nami membuang pandangannya, memutus kontak itu. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Kenapa?Aku,,, apa aku? Batinnya. Nami mengeleng cepat, berusaha menjernihkan pikirannya.
“Kau baik-baik saja?” Terdengar kekhawatiran dalam suara Jo. Nami mengangguk cepat. “Aku mau pulang,” ujarnya.
“Baik,” Jo meraih Nami dan menggendong gadis itu.
“Ap,,, apa-apaan kau ini?!” Nami meronta. “Aku bisa jalan sendiri!”
“Tanpa sepatu?” Jo menaikan alisnya. “Dan jangan lupa kaki yang terkilir juga,” tambah cowok itu.  
Nami diam, matanya memandangi kakinya yang keseleo. Senyum kecil terukir diwajahnya. Eh, kok aku malah senang? Aku baru saja hampir diperkosa, kakiku keseleo dan aku merasa senang? Aku benar-benar aneh!

“Sepertinya bukan hanya kakimu yang bermasalah,” Nami mendongak memandang Jo. Jo tersenyum licik, “ternyata otakmu juga bermasalah.”
“Jahat!!!!!” Nami meninju bahu Jo. Yang ditinju malah tertawa ngakak. “Kau menyebalkan!” Nami membuang muka dan menggembungkan pipinya. Kebiasaannya kalau dia sedang kesal. 

Sabtu, 03 Maret 2012

Ketika Cinta

Cinta,,,,,
Aku tak mengerti arti cinta
Belum,,,,
Karna tak seorangpun memberitahuku arti cinta itu
Kata mereka,,,
Aku harus mencarinya sendiri karena cinta bermakna berbeda pada tiap orang

Cinta,,,
Sampai hari ini aku masih mencari artinya
Mencari makna dari lima huruf yang terangkai menjadi sebuah kata itu
Tapi entah mengapa tak kutemui juga

Cinta,,,
Apakah tak memiliki arti
Tak memiliki makna
Hingga aku urung mendapat arti dan maknanya

Jikalah cinta,,,
Hanyalah sebuah kata tanpa arti, tanpa makna
Lalu mengapa mereka selalu mengelu-elukannya
Atas nama cinta, kata mereka
Demi Cinta, ujar mereka
Cinta buta! Seru mereka
Cinta gila!!! Teriak mereka
Cinta sejati desah mereka

Cinta,,, cinta,,, cinta,,,

Lalu untuk apa puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan lagu cinta itu
Rangkaian-rangkaian kata yang dicipta pujangga untuk menggambarkan cinta
Paragraf-paragraf yang ditulis menjadi kisah oleh sang penulis
Ketika cinta itu suatu tanpa arti
Ketika cinta itu hanya kosong tanpa makna
Ketika cinta itu,,,,

for my dear friend

Hari ini ada yang berbeda darimu
Lakumu tak seperti biasa
Sekilas kau nampak biasa, kau bicara, kau tertawa, kau bercanda
Tapi, ini tak seperti kau

Matamu, 
Mata itu tak memperlihatkan binar 
Ronamu,
Rona itu tak kulihat hari ini
Cahayamu,
Cahaya itu redup tak terpancar

Ada yang salah, tapi kau tak berkata
Kudiam, tak mau bertanya
Karna mungkin kau belum mau berkata apa yang sebenarnya terjadi padamu
Tapi kau tahu aku ada disini, untukmu